MENGUKIR CITA
Cita-cita dalam hidup itu sangatlah
penting. Banyak yang mengatakan jika hidup tanpa cita-cita itu seperti
melangkah tanpa tau jalan. Awalnya aku tak terpikir tentang cita-citaku. Aku
hanya terpikir tentang hidupku bagaimana sekarang. Tak terpikir hidupku
bagaimana masa depannya. Baru setelah SMA aku mulai menyadari akan pentingnya
cita-cita. Cita-cita yang menjadi motivasi untukku berusaha menggapainya. Saat
SMA aku bercita-cita untuk dapat menempuh pendidikan di PTN terkenal papan
atas. Harapannya aku mendapat saingan banyak. Aku ingin sekali menjadi orang
yang berguna bagi masyarakat,nusa,bangsa,dan negara. Hingga aku berpikir untuk menjadi
seorang guru,kuliah di bidang pendidikan. Kata guru-guru di sekolahku menjadi
seorang guru itu sangatlah menyenangkan. Pekerjaan yang sangat mulia juga.
Sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Dengan begitu aku dapat mengamalkan
ilmuku terus menerus untuk generasi bangsa. Tapi cita-citaku ini kupikir
hanyalah mimpi-mimpi dalam angan-anganku saja. Aku hanya berhayal. Karena orang
tuaku tidaklah setuju aku melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Karena
masalah ekonomi keluarga yang sedang terpuruk. Sama sekali tak ada dana untuk
aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Alasan kedua orang tuaku adalah
karena aku anak perempuan. Kata orang-orang kebanyakan anak perempuan tidaklah
penting untuk sekolah sampai perguruan tinggi. Kata orang tuaku juga. Anak
perempuan akhirnya juga harus jadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya
dirumah. Tak seharusnya jadi pekerja-pekerja yang sukses. Sampai disini
cita-citaku hampir terhenti. Aku akan menurut saja kata orang tuaku. Aku ingin
sekali membahagiakan orang tuaku. tapi dengan berhenti bercita-cita bukanlah
jalan terbaik. Kata teman-temanku. Berhenti bercita-cita bagaimana bisa
membahagiakan orang tua. Bukankah orang tua akan sangat bangga jika
anak-anaknya berhasil. Aku kembali memotivasi diriku sendiri untuk kembali
bercita-cita. Walaupun akhirnya aku harus menentang orang tuaku. alasan orang
tuaku karena masalah ekonomi pasti bisa dipecahkan. cita-citaku harus tetap ku
kejar.
Banyak teman-temanku yang menyarankan
aku untuk mencari beasiswa. Aku berpikir antara cita-citaku dan kebahagiaan
orang tuaku. Aku bergegas mencari beasiswa demi cita-citaku dan kebahagiaan
orang tuaku. Aku yakin walaupun orang tuaku melarangku,jika nantinya aku bisa
sukses mencapai cita-citaku pasti orang tuaku akan tersenyum bahagia. Apalagi anggota
keluargaku belum ada yang melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Aku akan
memulainya.
Saat-saat akhir kelas 3 SMA banyak kakak
kelas angkatan yang mensosialisasikan info-info perguruan tinggi. Banyak
beasiswa juga yang disosialisasikan. Saat itu aku lebih termotivasi.
Teriming-iming akan kesuksesan. Dari sosialisasi inilah aku mengenal etos.
Beasiswa di perguruan tinggi negeri ternama. Tidak semua jurusan
direkomendasikan di beasiswa etos. Di beasiswa etos selain mendapat beasiswa
juga mendapat pembinaan. menurut kakak kelasku pada waktu itu beastudi etos
sangatlah bagus. Jika aku di beastudi etos aku akan mendapatkan banyak hal.
Termasuk pengarahan,pembinaan dan banyak termotivasi dari orang-orang luar
biasa. Dari crita-crita kakak kelasku aku tertarik untuk mendaftar di beastudi
etos. Aku menceritakan beastudi etos ke orang tuaku. awalnya orang tuaku masih
belum percaya aku bisa mendapatkan beasiswa. dari ketidakpercayaan orang tuaku
ini aku lebih semangat untuk membuktikan bahwa aku bisa. Aku berjanji akan
mendapatkan beastudi etos jika orang tuaku mengizinkan aku melanjutkan ke
perguruan tinggi. Akhirnya orang tuaku pun setuju. Aku senang sekali orang
tuaku setuju. Aku langsung mencari tau tentang pendaftaran beastudi etos.
Disini cita-citaku kurencanakan kembali. Walaupun aku tak menjadi seorang guru.
Aku masih bisa bercita-cita. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk berguna bagi
masyarakat selain menjadi seorang guru. aku mendapatkan cita-citaku. Di bidang
kesehatan. Kesehatan bagiku sangatlah penting, selain pendidikan. aku menjadi
terpikir untuk maju di bidang kesehatan. aku bercita-cita dapat memanage rumah
sakit untuk kepentingan masyarakat kebanyakan. maka dari itu aku bersemangat
menggapai cita-citaku dengan beastudi etos. Aku harus bisa mendapatkan beastudi
etos. Aku ingin mendapatkan pembinaan dan pengarahan juga. Aku sadar saat ini
aku masih banyak kekurangan untuk bisa mencapai cita-citaku. Aku ingin
memperoleh banyak hal dari orang-orang yang luar biasa. Orang-orang yang berasal
dari keluarga yang ekonominya kurang mendukung juga untuk mencapai cita-cita.
Aku ingin seperti mereka-mereka yang sukses tanpa harus menyusahkan orang tua.
Ekonomi keluarga tak menjadi penghalang untuk kita bisa mencapai cita-cita
kita. Hingga sekarang aku sudah ditrima di beastudi etos dan di perguruan
tinggi negeri ternama yaitu di undip. Dan seperti yang aku cita-citakan yaitu
di bidang kesehatan. Dan aku harus bercita-cita lagi dan lagi. Dengan
bercita-cita ternyata kita bisa bersemangat dan akan sangat bersyukur sekali
jika akhirnya kita bisa mencapai cita-cita itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar