Jumat, 31 Agustus 2012


MENGUKIR CITA
Cita-cita dalam hidup itu sangatlah penting. Banyak yang mengatakan jika hidup tanpa cita-cita itu seperti melangkah tanpa tau jalan. Awalnya aku tak terpikir tentang cita-citaku. Aku hanya terpikir tentang hidupku bagaimana sekarang. Tak terpikir hidupku bagaimana masa depannya. Baru setelah SMA aku mulai menyadari akan pentingnya cita-cita. Cita-cita yang menjadi motivasi untukku berusaha menggapainya. Saat SMA aku bercita-cita untuk dapat menempuh pendidikan di PTN terkenal papan atas. Harapannya aku mendapat saingan banyak. Aku ingin sekali menjadi orang yang berguna bagi masyarakat,nusa,bangsa,dan negara. Hingga aku berpikir untuk menjadi seorang guru,kuliah di bidang pendidikan. Kata guru-guru di sekolahku menjadi seorang guru itu sangatlah menyenangkan. Pekerjaan yang sangat mulia juga. Sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Dengan begitu aku dapat mengamalkan ilmuku terus menerus untuk generasi bangsa. Tapi cita-citaku ini kupikir hanyalah mimpi-mimpi dalam angan-anganku saja. Aku hanya berhayal. Karena orang tuaku tidaklah setuju aku melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Karena masalah ekonomi keluarga yang sedang terpuruk. Sama sekali tak ada dana untuk aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Alasan kedua orang tuaku adalah karena aku anak perempuan. Kata orang-orang kebanyakan anak perempuan tidaklah penting untuk sekolah sampai perguruan tinggi. Kata orang tuaku juga. Anak perempuan akhirnya juga harus jadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anaknya dirumah. Tak seharusnya jadi pekerja-pekerja yang sukses. Sampai disini cita-citaku hampir terhenti. Aku akan menurut saja kata orang tuaku. Aku ingin sekali membahagiakan orang tuaku. tapi dengan berhenti bercita-cita bukanlah jalan terbaik. Kata teman-temanku. Berhenti bercita-cita bagaimana bisa membahagiakan orang tua. Bukankah orang tua akan sangat bangga jika anak-anaknya berhasil. Aku kembali memotivasi diriku sendiri untuk kembali bercita-cita. Walaupun akhirnya aku harus menentang orang tuaku. alasan orang tuaku karena masalah ekonomi pasti bisa dipecahkan. cita-citaku harus tetap ku kejar.
Banyak teman-temanku yang menyarankan aku untuk mencari beasiswa. Aku berpikir antara cita-citaku dan kebahagiaan orang tuaku. Aku bergegas mencari beasiswa demi cita-citaku dan kebahagiaan orang tuaku. Aku yakin walaupun orang tuaku melarangku,jika nantinya aku bisa sukses mencapai cita-citaku pasti orang tuaku akan tersenyum bahagia. Apalagi anggota keluargaku belum ada yang melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Aku akan memulainya.
Saat-saat akhir kelas 3 SMA banyak kakak kelas angkatan yang mensosialisasikan info-info perguruan tinggi. Banyak beasiswa juga yang disosialisasikan. Saat itu aku lebih termotivasi. Teriming-iming akan kesuksesan. Dari sosialisasi inilah aku mengenal etos. Beasiswa di perguruan tinggi negeri ternama. Tidak semua jurusan direkomendasikan di beasiswa etos. Di beasiswa etos selain mendapat beasiswa juga mendapat pembinaan. menurut kakak kelasku pada waktu itu beastudi etos sangatlah bagus. Jika aku di beastudi etos aku akan mendapatkan banyak hal. Termasuk pengarahan,pembinaan dan banyak termotivasi dari orang-orang luar biasa. Dari crita-crita kakak kelasku aku tertarik untuk mendaftar di beastudi etos. Aku menceritakan beastudi etos ke orang tuaku. awalnya orang tuaku masih belum percaya aku bisa mendapatkan beasiswa. dari ketidakpercayaan orang tuaku ini aku lebih semangat untuk membuktikan bahwa aku bisa. Aku berjanji akan mendapatkan beastudi etos jika orang tuaku mengizinkan aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Akhirnya orang tuaku pun setuju. Aku senang sekali orang tuaku setuju. Aku langsung mencari tau tentang pendaftaran beastudi etos. Disini cita-citaku kurencanakan kembali. Walaupun aku tak menjadi seorang guru. Aku masih bisa bercita-cita. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk berguna bagi masyarakat selain menjadi seorang guru. aku mendapatkan cita-citaku. Di bidang kesehatan. Kesehatan bagiku sangatlah penting, selain pendidikan. aku menjadi terpikir untuk maju di bidang kesehatan. aku bercita-cita dapat memanage rumah sakit untuk kepentingan masyarakat kebanyakan. maka dari itu aku bersemangat menggapai cita-citaku dengan beastudi etos. Aku harus bisa mendapatkan beastudi etos. Aku ingin mendapatkan pembinaan dan pengarahan juga. Aku sadar saat ini aku masih banyak kekurangan untuk bisa mencapai cita-citaku. Aku ingin memperoleh banyak hal dari orang-orang yang luar biasa. Orang-orang yang berasal dari keluarga yang ekonominya kurang mendukung juga untuk mencapai cita-cita. Aku ingin seperti mereka-mereka yang sukses tanpa harus menyusahkan orang tua. Ekonomi keluarga tak menjadi penghalang untuk kita bisa mencapai cita-cita kita. Hingga sekarang aku sudah ditrima di beastudi etos dan di perguruan tinggi negeri ternama yaitu di undip. Dan seperti yang aku cita-citakan yaitu di bidang kesehatan. Dan aku harus bercita-cita lagi dan lagi. Dengan bercita-cita ternyata kita bisa bersemangat dan akan sangat bersyukur sekali jika akhirnya kita bisa mencapai cita-cita itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar