Menulispun Sebuah Potensi
Apa potensimu? Terkadang banyak
orang yang kebingungan saat disodori pertanyaan tersebut. Tidak berbeda dengan
kita sendiri saat sesekali atau pertama kalinya disuruh menjawab pertanyaan
seperti itu. Apakah serta merta kita langsung menjawabnya dengan lantang,
ataukah kita terdiam. Dan saya yakin kita terdiam. Banyak hal yang kemudian
membuat kita berpikir, memang apa potensi diri itu dan sebenarnya apa yang
telah menjadi potensi kita?
Potensi merupakan kelebihan atau
bakat yang ada dalam diri seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain yang
dapat membawa orang tersebut ke arah hidup yang positif dan lebih baik. Dengan
kata lain kita punya bakat apa atau kita bisa apa yang kemudian dapat membawa
kita ke arah hidup yang lebih baik atau katakanlah hidup sukses. Potensipun
dapat berupa hobby positif yang kemudian ditekuni dan dilakukan terus- menerus
sehingga menjadi kelebihan. Potensi diri biasanya sangat erat hubungannya
dengan kelemahan diri. Setiap ada potensi yang kita miliki pasti di situ juga
terdapat kelemahan atau kekurangan diri. Karena memang manusia itu selain
mempunyai kelebihan juga tak lepas dari kekurangan.
Ketika awal saya masuk dan bergabung
di beastudi etos, saya sempat bingung ketika pertama kali saya diberi
pertanyaan tentang potensi apa yang saya punya? Sebelumnya tidak pernah
terpikirkan atau bahkan tertuliskan dalam benak saya seperti apa potensi diri itu
dan apa potensi yang saya miliki saat itu. Semua yang saya punya saat sebelumnya
berjalan dan mengalir apa adanya. Berlanjut dan terus berlanjut saya tak pernah
menyinggung potensi diri. Dan saya mulai tersadar akan pentingnya potensi diri
adalah ketika disampaikan materi potensi diri oleh Bapak Pariman Siregar,
pendamping etos semarang waktu itu. Namun, saya juga masih bingung dan mencari
terus potensi apa yang sebenarnya saya miliki. Dan pencarian potensi diri itu
membutuhkan waktu yang sangat lama bagi saya. Walaupun mungkin sebenarnya saya
sudah mempunyai potensi sebelumnya, tetap saja saya merasa belum mempunyai
potensi apa- apa.
Hingga suatu ketika saat bulan
pertama di etos, tugas menulis artikel mulai diberikan. Tugas menulis artikel
tersebut memang menjadi tugas menulis bulanan bagi setiap etoser. Saya pusing
kepala bukan main, karena saya tak pernah sekalipun menulis artikel. Saya
memang suka menulis waktu SMA, namun yang saya tulis adalah puisi- puisi dan
cerpen kisah hidup saya waktu itu. Jadi untuk menulis artikel sama sekali saya belum
bisa melakukannya. Saya bertanya ke sana ke mari tentang menulis artikel dan
apa yang harus saya tulis. Saat bertanya ke Mba Rini dan Mba Alfi teman sekamar
saya yang pertama, saya dikasih beberapa contoh artikel dan dijelaskan
secukupnya. Namun, sampai di situ saya masih mengatakan “ saya tidak bisa
menulis mba, bagaimana ini?”. Dan tugas artikel itupun menjadi tertunda lama
karena pikiran saya yang terus mengatakan bahwa saya tidak bisa menulis. Melihat
saya yang terus memikirkan menulis artikel tertunda- tunda terus, Mba Rini dan
Mba Alfi berusaha meyakinkan saya bahwa saya bisa.
“
Ayolah Najah, kalau kamu sudah mulai menulis pasti kamu bisa kog, “ kata Mba
Alfi.
“
Mba Rini yakin sebenarnya kamu punya potensi untuk menulis itu,” tambah Mba
Rini.
Mendengar
kata- kata yang diucapkan Mba Rini saya menjadi berpikir dan menyimpulkan
sendiri dengan kesimpulan sementara saya “ jadi menulis juga merupakan
potensi”. Selanjutnya saya benar- benar mencoba dari awal untuk menulis sebuah
artikel yang wajib saya tulis. Dan alhasil, walaupun tidak sebaik yang
diharapkan tapi saya bisa menyelesaikannya. Bulan- bulan selanjutnya menulis
artikel, lama kelamaan saya nikmati dan tanpa sadar saya menyukainya. Hingga
saya merasa tidak membutuhkan waktu lama lagi untuk bisa menyelesaikan sebuah
artikel bagi saya dan terkadang hal itu membuat saya menyepelekannya.
Selanjutnya,
karena saya menyukai tulis- menulis saya masuk dalam jurnalistik kampus. Saya
masuk anggota buletin LPM Publica Health FKM. Dalam LPM inilah saya terus
berlatih menulis dan menulis khususnya menulis berita dan artikel. Selain itu
sebagai selingan saya juga masih suka menulis cerpen yang sempat menjadi hobby
saya waktu SMA.
Lama
menjadi anggota LPM di kampus membuat saya semakin mencintai hobby menulis saya
ini. Kalau dulu hanya suka sekarang telah berubah menjadi cinta. Dan di LPM
inilah saya berhasil mendapatkan jawaban atas kesimpulan sementara saya tentang
menulis itu merupakan potensi. Jawaban itu saya temukan saat saya mengikuti
pelatihan penulisan yang diadakan oleh LPM PH untuk para anggotanya. Salah satu
pembicara dalam pelatihan penulisan itu mengatakan bahwa menulis merupakan
potensi dan menulis itu perlu dilatih secara terus- menerus untuk kemudian bisa
menghasilkan tulisan- tulisan yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Jadi,
sejak saat itu saya menyimpulkan bahwa saya tidak boleh menyepelekan hal yang
terlihat kecil seperti menulis. Karena menulis juga merupakan potensi yang
perlu ditingkatkan dan terus ditingkatkan. Dan untuk meningkatkannya dibutuhkan
latihan, latihan dan latihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar